Kamis, 14 November 2024 pukul 16.09 WIB

Mengenal Lebih dekat Pelayanan Kedokteran Okupasi oleh Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi

Kedokteran okupasi adalah bidang kedokteran klinis dan spesialisasi kedokteran yang fokus memberikan penanganan kesehatan pada pekerja baik secara fisik, mental, maupun sosial, baik secara pencegahan, penanganan dan rehabilitasi kasus penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan juga pasca kecelakaan kerja. Selain itu, penyakit yang mengenai pekerja walaupun tidak berhubungan dengan pekerjaan namun dapat mempengaruhi kemampuan kerja serta masalah bagaimana pasien dapat kembali kerja pasca sakit ( return to work ). Sasaran pelayanan kedokteran okupasi tidak hanya pekerja formal, namun juga sektor informal. Bidang pekerjaan yang ditangani hampir seluruhnya kecuali bidang penerbangan, di mana sudah ada spesialisasi kedokteran penerbangan untuk bidang tersebut.

Fokus Kedokteran Okupasi adalah meningkatkan kesehatan pekerja, melakukan pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, serta mempertahankan agar pekerja dapat tetap produktif. Ada 5 kompetensi utama dan 18 kompetensi penunjang bagi dokter spesialis okupasi. Berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 90 Tahun 2020 tentang Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, sebagai berikut:

  • Melakukan penegakan diagnosis penyakit akibat kerja dan tatalaksana penanganannya secara keseluruhan.
  • Menentukan penilaian kelayakan kerja bagi pekerja dengan kondisi medis tertentu akibat sakit atau pasca-kecelakaan.
  • Mengevaluasi program return to work atau kapan pekerja dapat kembali bekerja dengan aman.
  • Melakukan penilaian kecacatan dan perhitungan persentase kecacatan akibat penyakit atau kecelakaan kerja.
  • Surveilans medis terhadap komunitas pekerja seperti medical check up (MCU) yang ditanggung oleh perusahaan berdasarkan pada risiko pekerjaannya.

Beberapa kompetensi penunjang kedokteran okupasi adalah merancang dan melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja (medical check up) secara berkala. Selain itu juga menyusun rekomendasi program kesehatan kerja yang tepat bagi suatu perusahaan dari hasil analisis surveilans. Pelayanan kedokteran okupasi tidak hanya di klinik atau rumah sakit, namun juga di lingkup komunitas pekerja atau tempat kerja. Misalnya menentukan sumber bahaya kesehatan, perkiraan tingkat risikonya serta rekomendasi pengendalian dan pemeriksaan kesehatan apa yang sesuai untuk memonitor kesehatan pekerjanya.

Saat ini, jumlah dokter spesialis okupasi di Indonesia hanya sekitar 200 orang. Padahal, penduduk usia kerja mencapai 65 persen dari total 277 juta penduduk pada tahun 2023. Sementara, perkembangan dunia industri yang pesat mendorong kebutuhan akan kedokteran okupasi semakin meningkat.

Sebagai informasi tambahan, peralatan pendukung pelayanan kedokteran okupasi, saat penegakan diagnosa penyakit akibat kerja dan penilaian laik kerja / laik kembali kerja , selain bekerja sama dengan bidang spesialisasi lainnya, antara lain :

  1. Laboratorium
  2. Radiologi
  3. EKG, dan Treadmill jika diperlukan
  4. Spirometri
  5. Audiometri
  6. USG

Seluruh pelayanan ini terdapat di klinik utama Rhein medika sehingga pelayanan kedokteran okupasi dapat dilakukan paripurna di satu tempat.